Jumat, 11 April 2008

Customer Relationship Management-3 (CRM)

Kesimpulan
Secara singkat CRM adalah suatu sistem yang akan membantu mengintegrasikan sumber daya keuangan. Suatu sistem CRM bisa dijadikan suatu kunci penghubung didalam distribusi sumber daya. CRM boleh meluas menghubungkan saluran dengan pelanggan dan menetapkan jasa dengan kombinasi, self-service fasilitas, kantor lokal, dan jasa bank web dan lain lain.
Pada sisi lain, Sistem Informasi Manajemen (MIS) yang didasarkan pada inti CRM, bersama-sama dengan Sistem Bantu Pengambilan Keputusan (DSS) dan Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (ERP), akan menembus ke dalam departemen administrasi, produk, keuangan dan sumber daya manusia dll, serta menjangkau bagian informasi dan operasi otomatis dan peningkatan pencapaian staff, menuju keberhasilan efisiensi tinggi pada industry jasa ataupun manufaktur.
CRM sistem adalah sangat menolong untuk mengoptimalkan layanan jasa maupun produk, serta akan memungkinkan tepat waktu menyetarakan dengan permintaan pasar, dan menarik pelanggan baru atas dasar penstabilan mutu dan kualitas yang lama dengan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelanggan, kepuasan dan kesetiaan.
CRM sistem, tepat waktu menawarkan produk [yang] yang paling dibaharui, akan membantu memperluas lingkup bisnis dan bank peningkatan yang memasarkan bagian dan manfaat.
CRM sistem membawa staff jasa, pemasaran dan administrasi ke dalam suatu regu berorientasi pelanggan yang bekerja sama dengan inti pasar, seperti itu menawarkan suatu platform komunikasi untuk departemen bisnis, yang lebih efektif untuk menjalankan pengurangan biaya-biaya dan resiko.

Customer Relationship Management-2 (CRM)

Berikut adalah contoh dari Schematic Diagram CRM





Customer Relationship Management (CRM)

Apakah yang dimaksud dengan CRM?
CRM adalah suatu strategi atau cara yang digunakan untuk lebih mengetahui lebih banyak tentang kebutuhan dan perilaku antara produsen dengan konsumen. Adapun dengan istilah lain CRM dapat difenisikan sebagai suatu bentuk proses yang akan membantu membawa secara bersama-sama kumpulan informasi tentang pelanggan, penjualan efektifitas pemasaran serta kemampuan dan kecenderungan pasar.
Aplikasi CRM sangat meningkatkan mutu dari layanan jasa di dalam suatu perusahaan jasa maupun manufaktur. Titik kunci dari keunggulan CRM sendiri adalah dapat dengan cepat pengumpulan dan penyajian serta penyampaian data informasi yang dinamis melalui dengan berbagai cara secara langsung seperti: memberitahukan, mengirimkan daftar pertanyaan ke pelanggan, menelpon pelanggan, dan lain-lain.
Bagaimana Fungsi CRM?
Pada umumnya, fungsi CRM sebagai berikut:
1. Memperkenalkan filosofi dan strategi yang memusatkan pada kepuasan pelanggan
2. Optimizing kerangka organisasi manajemen
3. Pembentukan suatu high-efficient sistem administrasi dan sistem komunikasi
4. Meningkatkan kemampuan pada pengembangan dan memasarkan produk jasa atau manufaktur baru
5. Peningkatan prestasi kerja staff.

Keuntungan-keuntungan dengan menggunakan CRM
Keuntungan-keuntungan dengan pengimplementasian dari CRM adalah sebagai berikut:
1. Sistem Bantu Pengambilan Keputusan
2. Operasi Bisnis Kecerdasan/Inteligen
3. Pelanggan Pemasaran Hubungan dan
4. Kendali Resiko Dan Penimbangan Prestasi.

Di dalam pasar kompetisi dan pengembangan CRM itu sendiri dewasa ini sedang terjadi dua jenis pengarahan untuk pelanggan diantaranya:
1. Satu jenis pelanggan harapkan untuk menangani bisnis pada waktu yang sama mereka mengharapkan untuk mencari-cari penyedia jasa atau layanan yang lebih baik
2. Jenis pelanggan adalah yang mandiri, yang mencoba untuk menemukan dan mengetahui bagaimana cara memilih paket investasi yang terbaik melalui suatu produk atau jasa.

Kamis, 03 April 2008

Waspadai Penggunaan Ear Phone


Tuli Mengancam Kaum Muda
Menurut penelitian, ketulian menyerang orang makin dini. Penyebabnya adalah gaya hidup modern, seperti mendengarkan musik melalui earphone.
Entakan irama musik menemani perjalanan Linda—sebut saja begitu namanya—selama penerbangan dari Bangkok menuju Jakarta . Sejak pesawat lepas landas hingga mendarat di Bandar Udara Soekarno-Hatta, sekitar tiga setengah jam, earphone yang tersambung pada alat pemutar musik mini terus menempel di telinga gadis 18 tahun ini.
Semula Linda merasa asyik dan nikmat bisa mendengarkan musik kesayangannya tanpa peduli orang sekitar. Namun, ketika kupingnya tak lagi disumpal, dia terkejut. Ternyata kupingnya terus berdengung dan gerebek-gerebek. Berkali-kali Linda menelan ludah, berharap dengungan dan rasa "penuh" di telinga segera pergi, tapi gagal. Kupingnya malah makin budek. Hiruk-pikuk kesibukan bandara cuma terdengar sayup-sayup.
Untunglah, perlahan-lahan dengungan itu memudar. Tapi Linda merasa pendengarannya tak setajam sebelumnya. Kondisi ini memaksanya mendatangi klinik telinga, hidung, dan tenggorokan (THT). "Dia mengalami ketulian sampai 110 desibel," kata Ratna D. Restuti, dokter spesialis THT dari Rumah Sakit Proklamasi, Jakarta Pusat, yang menangani gadis itu.
Angka 110 menunjukkan ukuran intensitas pendengaran atau audiogram. Untuk orang dengan pendengaran normal, audiogramnya terletak antara nol dan 20 desibel. Di atas angka itu, artinya kondisi telinga sudah tidak beres.
Kebiasaan mendengarkan musik dengan alat yang langsung disumpalkan ke telinga (earphone)—yang menjadi tren di kalangan anak muda masa kini—membuat prihatin Ratna. Apalagi lingkungan sekarang tak bebas dari kepungan suara bising: rumah dengan suara berbagai peralatan elektronik, jalan raya yang penuh kendaraan bermotor, tempat-tempat hiburan dengan musik keras, dan pabrik yang penuh geraman mesin.
Menurut hasil penelitian Jenny Bashiruddin, yang juga ahli THT, efek bising ini memang luar biasa. "Tak ada yang menyadari, misalnya, pusat permainan anak-anak di mal juga sumber bising berbahaya, karena tingkat kebisingannya mencapai 90-95 desibel," kata Jenny, yang melakukan penelitian efek bising di berbagai tempat selama 2007.
Dengan tingkat suara setinggi itu, anak-anak seharusnya hanya boleh tinggal satu-dua jam. Jika lebih lama dari itu, akan terjadi kelelahan koklea (rumah siput), yang berperan penting dalam proses pendengaran. Kelelahan koklea yang terjadi terus-menerus dan tak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan pendengaran menetap. Menurut Jenny, makin sering dan lama diserbu kebisingan, makin cepat berkurang masa seseorang mampu mendengar secara normal. Alhasil, tuli pun makin dini menyerang orang.
Ini rupanya menjadi kecenderungan global. Di Amerika Serikat, melalui penelitian lebih komprehensif, telah disimpulkan bahwa pendengaran sekitar 5,2 juta anak berusia 6-19 tahun terganggu gara-gara terlalu sering terpapar musik keras akibat pemakaian Walkman dan iPod, kebiasaan menikmati televisi ukuran jumbo dengan suara menggelegar, atau pergi ke klub joget dengan musik tekno ajib-ajib.
Para ahli kesehatan di sana memperkirakan anak-anak iPod generation ini bakal lebih awal mengalami presbiakusis (tuli karena usia lanjut), yakni pada usia 40-an tahun. Padahal, secara normal, pengurangan kualitas pendengaran baru terjadi saat menginjak usia 60-70 tahun. Kondisi Indonesia pun tidak jauh berbeda. Apalagi makin banyak saja orang wira-wiri dengan kabel bersumpal "tertancap" di telinga.
Bila tidak percaya kedahsyatan dampaknya, lihat saja nasib Linda. Menurut Ratna, gadis muda itu didiagnosis mengalami tuli akibat bising karena telah mendengarkan musik dengan perangkat yang langsung menempel di telinga secara terus-menerus lebih dari tiga jam. Alat seperti ini semakin berakibat buruk karena si pemakai cenderung menggeber volume keras-keras agar telinga mereka tidak terganggu suara berisik di sekitarnya. "Seperti jika digunakan di kendaraan, termasuk pesawat dan kereta api," kata Ratna.
Untunglah Linda segera mendapat pertolongan. Dengan terapi hiperbalik—memberiny a obat-obatan khusus—tingkat ketuliannya berkurang, tapi tak sembuh. "Tuli akibat bising memang cuma bisa dikurangi, tidak bisa pulih seratus persen jadi normal kembali," ujar Ratna. Sebab, yang rusak adalah sel rambut pada organ telinga bagian dalam yang berfungsi menangkap rangsangan atau frekuensi suara. Bila bagian ini sudah terganggu dan rusak, tak akan bisa kembali normal.
Menurut Damayanti Soetjipto, ahli THT dari Rumah Sakit MMC, Jakarta Selatan, paparan bising merupakan salah satu penyebab ketulian di Indonesia, yang kasusnya mencapai 0,4 persen dari total jumlah penduduk. Penyebab lainnya adalah congek, serumen (kotoran telinga), obat-obatan, usia lanjut, tuli sejak lahir, dan tuli mendadak. "Sebenarnya sebagian bisa dicegah, tapi kesadaran masyarakat soal ini masih rendah," katanya.
Untuk mendongkrak kesadaran masyarakat itu, Komisi Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian dibentuk dan diresmikan Sabtu dua pekan lalu di Jakarta . Damayanti, yang menjabat sebagai ketua, menerangkan komisi nasional ini dibentuk atas rekomendasi lembaga regional yang dibentuk Badan Kesehatan Dunia (WHO), Sound Hearing 2030. Tujuan utamanya mengurangi kasus gangguan pendengaran dan ketulian hingga 50 persen pada 2015, dan 90 persen dalam 15 tahun berikutnya.
Masalahnya, kebisingan belum dianggap sebagai ancaman serius. Bising malah dianggap keren. Beberapa aktivitas kehidupan modern identik dengan kebisingan. Konser-konser musik digelar dengan sound system makin canggih. Tengok juga sejumlah kafe dan diskotek serta berbagai tempat nongkrong anak muda yang bertebaran di penjuru kota . Juga jalan raya yang makin semrawut dan bising. Itu semua masih ditambah dengan hobi mendengarkan musik dengan earphone. Sepertinya, makin bising makin keren. Tapi, jika sudah tuli, pasti tidak lagi keren.